Selasa, 28 Januari 2014

3 Hal agar Tetap Semangat




Kreeek teel …. Suara aneh dari belakangku terdengar. Ada apa akhi?  Tanya ku kepada teman dibelakangku. “Gak apa-apa akh cuman tali tas ini putus” jawab temanku. “Yakin ente gak papa, tas ente kan berat , perjalanan juga masih jauh puncak gunung ini juga masih 4 km lagi, yakin nte ente kuat?” tanya ku. “Woles aja keles yang putus cuman sebelah masih bisa pakai tali sebelahnya nih gini caranya” , katanya sambil menyampirkan tas cariernya. “Yakin ente?” tanya ku lagi ,  “Iya Akhi ane kuat kok InsyaAlloh yang penting tetap semangat dan ikhlas menapaki jalan ini akhi , InsyaAlloh kuat sampe tujuan kok” jawabnya menyakinkan aku. “Oke sip lah akhi , antum luar biasa pokoknya.. hehe” kata ku sambil melanjutkan perjalanan. “Saling menyemangati dan menjaga aja akhi hehe” kata temenku lagi menambahkan. Jawaban yang luar biasa menurutku mengingat dia pasti berat membawa ta scariernya yang berat apalagi dengan cara disampirkan, dibawa biasa aja udah berat hehe, tetapi tak sedikitpun terlihat kelesuan dan keletihannya bahkan yang terlihat adalah semangat yang menyala-nyala menapaki perjalanan dan sampai di tujuan.
            Begitulah seharusnya semangat yang dimiliki oleh seorang kader dakwah, semangat yang kuat bagaikan Gunung yang kokoh lagi mengokohkan, dalam keadaan bagaimanapun seorang kader dakwah akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-citanya walaupun kondisinya sedang lemah atau sulit. Allah SWT berfirman  “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (At-Taubah: 41)”.
            Pada tulisan ini akan membahas mengenai cara-cara agar tetap semangat dalam berdakwah khususnya, dimanapun kita berada baik itu di keluarga , kampus, sekolah, masyarakat, , dll. Karena semangat yang besar dan benar maka gunung tinggi menjulang, samudera luas menghadang tak kan jadi halangan untuk kita berdakwah dimanapun dan kapanpun. Seperti Semangatnya Mohammed Al-Fath yang membawa kapal-kapal melewati gunung yang menjulang untuk menaklukan Konstantinopel,  Umar Bin Abdul Aziz yang bekerja mensejahterakan Rakyatnya hingga dalam waktu 2 negerinya adil dan sejahtera, Abu Bakar Ash-Shidiq yang menginfakkan semua hartanya untuk Dakwah, Rasululloh yang mengorbankan segalanya dalam menyampaikan Islam.
            Hal pertama yang dilakukan dalam mempertahankan semangat dalam berdakwah adalah meluruskan niat. Niat yang benar dan besar adalah hanya mengharapkan Ridho Alloh. Hendaknya pekerjaan yang kita lakukan dilandasi dengan niat ikhlas lillahi ta’ala.  Jangan ada sedikitpun niat buruk apalagi sampai merugikan orang banyak dalam pekerjaan kita. Seperti dalam Hadits pertama dalam Hadist Arbain. Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]. Jadi semua dakwah yang kita lakukan haruslah Ikhlas hanya mengharapkan Ridho Alloh, dengan ikhlas maka semangat kita akan lebih besar karena Alloh melihat usaha-usaha kita. Jangan hanya karena ada kakak itu, mbak itu, atau adik itu.. uppss.
            Kedua kita harus senantiasa menjaga kualitas Rukhiyah kita. Mengutip perkataan Ust Anis Matta dalam sebuah sesi beliau mengatakan , “syarat pertama yang harus dilalui oleh umat ini adalah al yaqizhatur Ruhiyah (Kebangkitan spiritual)”. Tema ini adalah salah satu episode terpenting dalam episode-episode kebangkitan umat, kalau kita memandang dalam konteks dakwah adalah salah satu kebangkitan itu adalah tersampaikannya risalah ini kepada seluruh manusia, sebagaimana yang Allah SWT katakan dalam Al Qur’an kisah Ashhabul ukhdud, walaupun secara kasat mata sang pemuda mukmin mati dipanah akan tetapi semangat keteguhan, idealismenya dalam mempertahankan ideologinya menghujam ke dalam sanubari manusia yang menyaksikan proses kematiannya. Setidaknya ada dua agenda penting yang mesti kita lakukan dalam strategi perjuangan ruhiyah yang sedang kita jalani saat ini.
Pertamabina’aur ruhiatul qawiyah (membangun kekuatan ruhiyah) merupakan sebuah strategi yang tak dapat tidak mesti kita lakukan kita buat program edukasi ruhiyah bagi masyarakat merupakan peran sosial mahasiswa dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kita melihat sudah banyak di antara para aktivis dakwah yang mulai berangsur-angsur meninggalkan hal ini, kita berdoa kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk terus semangat dalam berdakwah dan membangkitkan Islam.
Keduabinaa’ul manna’atur ruhiyah (membangun kekebalan ruhiyah) hal ini penting dilakukan. Karena hal yang paling esensial setelah kita melakukan prosesi penguatan ruhiyah adalah menjaga agar tetap terjaga dari degradasi ruhiyah yang akan berimplikasi pada lambatnya prosesi kebangkitan Islam, kita bisa melihat realitas sirah ketika Shalahuddin al Ayyubi menjaga kondisi ruhiyah para tentaranya dengan berjalan di setiap kemah untuk memperhatikan qiyamul lail para jundinya, dan beliau mendapati salah satu kamp seorang tentara tertidur lalu beliau membangunkannya dan seraya berkata perbuatan kamu ini akan menjadi penghalang kemenangan kita.
Jadi jangan menjadi kader yang kualitas rukhiyahnya keder ya. Karena kekuatan Rukhiyah lebih besar daripada kekuatan fisik kita. Contohnya Syeikh Ahmad Yasin yang sanggat luar biasa kekuatan Rukhiyahnya mampu menjadi orang yang sanggat ditakuti oleh bangsa yahudi dan sekutunya. Walaupun jika diukur melalui fisiknya , mungkin fisik kita lebih kuat daripada beliau karena beliau kemana-mana memakai kursi roda. Namun semangatnya selalu membara, dari kursi roda menguncang dunia berusaha membebaskan Palestina.
            Ketiga yaitu  ukhuwah yang kuat antar para kader dakwah. Kita memang seperti lidi yang apabila sendiri maka akan gampang dipatahkan dan apabila bersatu maka akan kuat dan sulit dipatahkan apalagi dihancurkan. Dengan Ukhuwah yang kuat kader dakwah bisa saling mengingatkan, saling tolong-menolong, saling bekerjasama dalam berdakwah. Firman Allah SWT yang masyhur di kalangan kita menyatakan sebagai berikut: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Oleh karena itu, damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu. Dan patuhlah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10). Rasulullah SAW pun bersabda:“Seorang muslim adalah bersaudara dengan sesama muslim. Tidak menganiayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain. Barangsiapa mencukupi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Barangsiapa melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi aurat seorang muslim, maka Allah akan menutupi auratnya di hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar RA). Cerita tentang ukhuwah yang kuat tergambarkan saat hijrah. Rasul mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khazraj. Saat itu Rasul menggenggamkan tangan dua orang, seorang dari Muhajirin dan seorang lagi dari Anshar. Rasul berkata pada mereka, "Bersaudaralah karena Allah dua-dua." Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin Rabi’ dan Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa’ad langsung menawarkan setengah hartanya kepada Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap menceraikan salah satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman. Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini diterima kaum Muhajirin dengan keimanan pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, "Biarkanlah harta, rumah, dan istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar." Maka Abdurrahman meminjam uang dari Sa’ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki baginya, sehingga Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya.
Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiah akat tetap kokoh. Rasulullah Saw. bersabda "Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya." (HR. Imam Bukhari). Kader dakwah harus menjadi bagian dari sebuah bangunan yang tersusun kokoh yang tidak mudah hancur ketika badai menerjang, menjadi bagian dari barisan yang teratur, yang akan menggentarkan setiap musuh yang melihat, membuat ciut nyali siapa saja yang akan menghadang.
            Jadi ada 3 hal yang InsyaAlloh bisa mempertahankan semangat kita dimanapun dan kapanpun dalam berdakwah khususnya. Pertama adalah meluruskan niat, kedua menigkatkan rukhiyah, dan ketiga menguatkan ukhuwah. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat untuk diri sendiri khususnya dan bermanfaat juga untuk semua orang, Wallahu A’lam Bish Shawab .

Senin, 27 Januari 2014

[di mana pun] yuk, jadi pelopor kebaikan!



Pelaku dakwah di kampus atau lebih sering disebut aktivis dakwah kampus tidak sedikit yang akan terkena syndrome penurunan semangat dakwah jika di tempatkan diluar kampus. kehidupan kampus yang begitu dinamis dengan pelaku civitas akademika yang sepantaran terus terang lebih memudahkan jalannya dakwah di kampus. berdiskusi dengan sesama Mahasiswa, mengadakan kegiatan ini itu sebagai sarana penjagaan antar aktivis, merekrut binaan-binaan memang lebih asik dan mudah dilakukan ketika sasaran dakwah adalah sesama mahasiswa yang terpelajar, kritis, dan dengan intelektual yang relatif sepantaran. Bergerak bersama-sama antar aktivis  yang memiliki habit yang relatif sama, suka duka aktivis dakwah dalam rutinitas perkuliahan  yang sama.
Kebanyakan aktivis dakwah kampus mengalami penurunan semangat alias loyo jika keluar dari zona dakwah kampus baik karena amanah yang ditugaskan, selesai masa studi, atau bahkan hanya liburan dari kegiatan perkuliahan disebabkan berbagai  factor eksternal dan internal seorang aktivis itu sendiri. Padahal dakwah itu lebih luas dari sekedar kampus. walau memang kampus yang dipenuhi pemuda terpelajar diharapkan dapat menyetak kader-kader calon pemimpin pembangun peradaban islam. Dimana pun kapan pun bagaimana pun keadaannya tugas wajib bagi seorang muslim adalah berdakwah. Sadar dan paham akan kewajiban illahi ta’ala ini lah yang menjadi pondasi semangat berdakwah.

Seorang aktivis harus sadar dan paham bahwa dirinya adalah pion-pion pelopor kebaikan yang memberikan kontribusi kejayaan islam, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran : 110). Menyeru kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan menyegerakan kebaikan adalah inti dari kehidupan setiap muslim dalam rangka menciptakan keharmonisan dan meraih kehidupan yang diridhoi Allah. Seiring sejalan kita menyeru kebaikan di jalan Allah, saat itu pula diri kita berjalan pada kebikan itu pula. Ketika kita mengajak untuk jujur maka saat itu kita akan berlatih dan menjadikan jujur sebagai akhlak kita. Begitu pun ketika kita menyeru akhlak-akhlak yang lain. Jika hanya menyeru saja tanpa perbaikan diri dari seorang aktivis maka sungguh Allah sangat membenci, sebagaimana firman Allah “Sangat dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kemu kerjakan” (QS. Ash-Shaff : 3).

Dakwah di luar kampus membutuhkan jiwa-jiwa yang lebih tangguh, jiwa-jiwa yang tidak akan mudah menyerah, jiwa-jiwa yang hanya mengharap balasan dari Allah. Lagi-lagi ke-ikhlasan kita lah yang akan menjadi pondasi bagaimana kita akan menjaga semangat kita, menjemput perniagaan Allah. Sadar dan paham akan janji-janji Allah untuk para pejuang kebaikan. Bukan hanya kebaikan untuk dirinya sendiri, tetapi kebaikan untuk seluruh penghuni jagad. Kebaikan yang akan menciptakan kehidupan madani di dunia sehingga terciptanya islam rahmatalil ‘alamiin.

Khairunnasi anfa’uhum linnaas, sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat. Melakukan perbaikan umat berati menciptakan kemanfaatan diri, menjadikan diri kita bermanfaat buat umat ini. Semakin luas medan dakwah kita berate semakin banyak pula kemanfaatan yang lahir dari kita. Semakin banyak pula pahala amal jariyah yang akan mengalir ke pundi-pundi tabungan akhirat kita.

Wahai aktivis dakwah, teruslah memperbaiki diri dan berusaha menjadi insan bertakwa yang memegang panji-panji Allah dengan kuat dimana pun kapan pun dan bagaimana pun. Lalu ajaklah setiap orang yang kau temui untuk juga memegang panji Allah.

Wahai aktivis dakwah, mulailah terbuka untuk dunia nyata, dunia yang begitu luas dari sekedar kampus, dunia yang menunggu sebuah perubahan. Jadilah jiwa-jiwa yang tangguh, yang akan terus bergerak dan berkontribusi dalam dakwah ini.

Wahai aktivis dakwah, jadilah pelopor kebaikan! Kebaikan yang akan melahirkan kebaikan-kebaikan. Sehingga hanya kebaikan yang akan memenuhi bumi, karena sejatinya dakwah adalah menyebarkan kebaikan sehingga rahmat-Nya dan ridho-Nya terlimpah di bumi Allah.

Wahai aktivis, janganlah menjadi beban dakwah, memperlambat progress dakwah hanya dengan masalah dan alasan yang kamu ada-adakan. Dakwah ini akan terus berjalan ada atau tanpa keberadaan mu!
“Ya Allah luruskanlah niat ini, Ikhlaskanlah hati ini, kuatkanlah tekad ini, istiqomahkanlah kami dalam langkah kebaikan ini, ~aamiin.”

SEMANGAT DAKWAH, SEMANGAT MERAIH BERKAH

Dakwah......
Apa sih hakikat dakwah itu? Masih banyak orang awam yang belum mengerti tentang dakwah itu sendiri baik pengertiannya, kapan waktunya, siapa pelakunya, dan apa yang akan disampaikan, terus bagaimana caranya dan dengan apa sih cara menyampaiknannya? Simpang siur tidak jelas berita nyangkut di telinga. Semoga masuk telinga kanan langsung keluar telinga kiri. Nah yang perlu didengar dan diserap baik-baik diotak adalah berita yang jelas bermanfaat, berita up to date dan tidak murahan. Yuk kita simak lebih jauh mengenai dakwah ini!
Secara etimologis, kata “dakwah” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruan. Sedangkan dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang berasal dari kata kerja : دعا, يدعو, دعوة artinya : menyeru, memanggil, mengajak sedangkan pada intinya dakwah adalah mengajak orang lain pada kebenaran dan mencegah orang lain dari berbuat kemungkaran. Dakwah bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Nah berhubung kita adalah seorang mahasiswa maka tempat yang paling tepat adalah di kampus. Lho emang nggak boleh diluar kampus? Tentu boleh-boleh saja, bahkan wajib dimana saja. Contohnya di rumah saat kita sedang liburan semester, nah itu dia sasaran empuk kita untuk berdakwah di rumah. Objek utamanya yaitu keluarga, saudara dekat, lalu ke tetangga dan teman-teman lama kita.
Berdakwah itu berat, membutuhkan beberapa pengorbanan baik berupa harta, jiwa maupun tenaga. Tapi yakinlah bahwa Alloh akan membalasnya dengan beribu-ribu kebaikan yang lebih baik dari itu. Di beberapa universitas mungkin lingkungannya tidak sekondusif dan senyaman seperti di IPB dimana kita bisa berdakwah dengan siapa saja dan kapan saja dengan mudah. Tantangannya bila dakwah diluar kampus seperti dirumah. Dimana keluarga masih sangat awam dan masih percaya dengan tradisi-tradisi zaman dahulu. Oke,, pertama kita yakinkan dulu hati kita, niatkan untuk berdakwah demi menggapai ridho Alloh lalu berdoalah kepada Alloh supaya Dia memberi kekuatan kepada kita. Sambut keluarga dengan baik, tebarkan senyum, bantulah kedua orang tua, jadikan kondisi rumah senyaman mungkin. Kita harus bisa bangun lebih awal dari mereka, ajak mereka untuk sholat subuh. Bila mereka belum bisa di ajak berjamaah maka setidaknya mereka sudah mau sholat di awal waktu. Setelah sholat, segera bersihkan rumah, rapikan segala sesuatunya, kalau bisa masak, maka masaklah untuk mereka. Buatlah mereka agar semakin menyayangimu dan membutuhkanmu. Sehingga ketika kita tidak ada di rumah, mereka rindu akan sosok dan perlakuan kita kepada mereka. Dengan cara seperti itu, maka secara perlahan-lahan mereka akan mau mendengarkan dan mengikuti kita. Jangan terlalu buru-buru seperti dalam buku Bagaimana Menyentuh Hati. Dakwah itu perlahan-lahan, seperti setan dalam menggoda dan merayu kita mereka secara perlahan. Maka kita harus bisa lebih sabar dari setan. Jika setan saja bisa sabar, kita harus bisa lebih sabar dari itu.

Masalahnya apakah kita mau dan tetap bersemangat untuk menyampaikannya? Jawabannya harus mau dan harus selalu bersemangat. Mengapa? Karena Alloh sudah memerintahkan kepada kita agar kita berdakwah. Dan dakwah itu hukumna WAJIB seperti dalam firman Alloh surat An Nahl ayat 125. “Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui akan orangyang sesat dari jalanNya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.”

Nah sudah jelas bukan? Dimanapun dan kapanpun kita harus tetap bersemangat untuk berdakwah, semoga Alloh memudahkan perjalanan dakwah kita. Ketika mungkin kita sedang loyo, maka ingatlah kembali ayat-ayat-Nya. Berfikir ulang seandainya bukan kita, siapa lagi. Tiada daya dan kekuatan kecuali hanya milik-Nya. Tetap semangat berdakwah, raih berkah seluas-luasnya dan istiqomahlah.

Tetap Menjadi Penyeru Kebaikan



Sering kali liburan memiliki persepsi sebagai sarana bagi diri untuk menghabiskan waktu dengan berleha-leha dan bersantai tanpa arah. Jika kita memiliki persepsi seperti itu sungguh akan minim manfaat dan dekat pada kelalaian.Bertolak belakang dengan kehidupan di kampus yang identik dengan "berjuang". Ketika di kampus makan seperlunya, saat di rumah kebanyakan makan. Ketika di kampus mantengin laptop mengerjakan tugas, saat di rumah mantengin laptop buka media sosial;facebook,twitter, dkk tanpa tujuan yang jelas. Ketika di kampus berjuang menyeru kepada kebaikan, saat di rumah justru mengerjakan kelalaian. Sungguh miris juga sangat merugi.

Kawan... jika tak ingin merugi, kita harus mampu mengubah persepsi “liburan”  yang berleha-leha menjadi “medan juang”. Mengisi liburan dengan berjuang membangun silaturahmi dengan keluarga, sanak saudara, dan teman. Berjuang membantu pekerjaan-pekerjaan rumah. Dan juga tetap berjuang menyeru ke dalam kebaikan serta mencegah dari kemungkaran atau yang kita kenal dengan dakwah. Bukankah Allah SWT telah berfirman?

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” -QS. Ali Imran : 104-

Kawan... Dalam momen liburan ini, tetaplah menjadi seorang penyeru kebaikan. Tetaplah warnai hal-hal di sekitar dengan warna-warni keceriaan. Tetaplah belajar untuk membaur tanpa harus melebur. Tetaplah beranikan diri untuk menjadi seorang pengingat. Mari tebarkan manfaat atas keberadaan diri kita bagi orang-orang di sekitar, baik itu keluarga, sanak saudara, maupun teman. Yakinlah, niscaya kita akan menjadi hamba-Nya yang berutung. Ingatlah janji manis Allah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW :

“Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk maka baginya pahala seperti pahala yang mengikutinya tanpa di kurangi dari pahala mereka itu sedikitpun”  -HR. Bukhari-Muslim-

Akhir kata.. Semoga Allah SWT tetapkan hati-hati kita untuk tetap berpegang teguh menjadi seorang penyeru kebaikan... dimanapun dan kapanpun.

Jumat, 24 Januari 2014

Luar Kampus, Kehidupan Nyata yang Harus Kita Hadapi



Bismillah...
Mempertahankan semangat dakwah di luar kampus? Hm, sedikit mengernyitkan dahi ketika mendengarnya. Mungkin ketika di kampus, semangat dakwah kita terjaga karena kita berada disekitar orang-orang yang menghidupkan syiar-syiar islam. Tapi bukankah tak selamanya kehidupan kita berada di kampus? Suatu saat kita harus keluar dari kehidupan kampus. Setelah itu, terjun di dalam masyarakat adalah kehidupan nyata yang memang harus kita hadapi. Ketika kita sudah berada disini, beragam orang yang kita temui. Tidak semua orang yang ada di lingkungan kita satu fikrah dengan kita. Nah, jika sudah begini bagaimana kita mempertahankan semangat dakwah kita? Sebelumnya kita harus membantu mengubah mindset masyarakat sekitar kita mengenai makna ‘dakwah’. Dakwah bukan hanya ceramah, tablig, dan lain sebagainya seperti yang selama ini orang-orang ketahui. Inti dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar, mengajak atau menyuruh pada kebaikan, mencegah dari kemungkaran, dan menghidupkan syiar islam. Memberi contoh yang baik pun termasuk dakwah. Seperti yang dikatakan Imam Syafi’i, “Siapa yang memberi nasihat saudaranya dengan perilakunya, maka dialah pemberi nasihat yang sebenarnya”. Walaupun memang kita tidak bisa berharap penuh semua masyarakat sekitar kita langsung meniru ketika kita memberi contoh yang baik. Tetapi kita bisa mengulang sesering mungkin contoh baik tersebut sehingga menjadi suatu habits dalam masyarakat sehingga masyarakat menyadari bahwa hal tersebut adalah perilaku terpuji yang patut diteladani. Jika sudah begitu masyarakat sudah terkondisikan, lingkungan menjadi kondusif, dan semangat dakwah kita juga terjaga karena kita tidak sendiri. Kita bisa mengajak masyarakat turut berdakwah karena dakwah memang tugas setiap manusia selama ia masih diberi kehidupan. Istilahnya menciptakan lingkungan kondusif yang sesuai dengan fikrah kita. Memang, kondisi tersebut belum tentu terjadi. Tetapi merencanakan kebaikan dengan tetap berdoa kepada Allah adalah lebih baik bukan daripada tidak merencanakan sama sekali. Niat mengamalkan serta menyeru dalam kebaikan perlu kita pupuk setiap saat bisa menjadi salah satu cara mengatasi turunnya iman. Karena naik turunnya iman adalah hal wajar yang dialami setiap manusia.  Tentunya dengan tetap menjaga dan meningkatkan amalan yaumiyah serta merenungkan kembali keutamaan dakwah dan tugas kita sebagai manusia (Al Baqarah :30), insya Allah semangat dalam berdakwah pun akan terjaga dimanapun kita berada. Semangat menebar kebaikan. Wallahu ‘alam.

“nahnu duat qobla kulli syai” ya, dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapun, kita adalah dai. Maka ada beban keteladanan yang kita emban bersama eksistensi kita. Semangat menjadi teladan di rumah. Istiqomah memang sulit, karenanya Allah amat mencintai mereka yang istiqomah. (mba fathia)

Dakwah Never Ending Spirit

Tarbiyah Never Ending

Ada sebuah hadits yang kurang lebih isinya, “jika melihat kemunkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, jika dengan tangan tidak mampu maka dengan lisanmu, jika dengan lisan tidak mampu, maka tolaklah dengan hatimu, dan itu adalah lemah-lemahnya iman.”. Semangat dalam berdakwah ketika di dalam lingkungan kampus yang berkobar-kobar bahkan kemaksiatan kecil saja langsung dibahas untuk mencari solusinya bersama kader dakwah lain. Memang benar, semangat dakwah kita berbanding lurus dengan keimanan kita.
Lalu di kampus juga ada pembekalan kehidupan luar kampus. Kenapa harus ada? Karena di luar kampus kehidupannya berbeda jauh dengan ketika di kampus. Dari mulai keheterogenan masyarakat hingga kondisi sosial lingkungan. Adanya pembekalan ini untuk mempersiapkan mental dan fisik kita dalam berdakwah.  Hadits diatas seakan menjadi gambaran permasalahan zaman ini. Ketika berada di kehidupan luar kampus, terkadang kita yang terseret arus. Terkadang walau kita sudah berusaha mencegahnya dengan tangan kita dan menasihati dengan lisan kita, tanpa pengawasan keberlanjutan, kemaksiatan tersebut muncul kembali dengan bentuk baru. Ketika di luar kampus, entah kenapa semangat kita meredup. Bahkan terkadang kita malas dan acuh dengan lingkungan sekitar rumah kita. Entah apa penyebabnya, walau memang iman itu kadang naik turun, tetapi semangat dakwah seharusnya terus ada.       
Itulah mengapa harus ada yang namanya jama’ah yang memiliki satu visi dan misi dalam perjuangan ini. Apabila di dalam kampus mungkin ada organisasi yang menjadi media dakwah. Sedangkan di masyarakat kadang keberadaan organisasi tersebut belum maksimal. Adanya jama’ah inilah sebagai sarana saling berbagi suka dan duka, saling menasihati dan tolong menolong (Q.S. Al-Ashr ayat 3). Kehidupan luar kampus sebenarnya dapat kita kuasai apabila semangat dan usaha untuk dakwah ini terus ada dalam hati kita.
Karena dakwah itu mengajak dan menyeru kepada kebaikkan. Inti dari dakwah itu mengajak diri sendiri dan orang lain untuk lebih dekat dengan Allah SWT. Janji Allah untuk para pengemban dakwah itu tidak main-main, yaitu Surga. Semangat untuk menebar kebaikkan harus tetap dipertahankan dan ditanamkan dalam hati. Karena Allah itu tidak akan pernah salah memilih orang-orang untuk mengemban amanah dakwah ini. Entah itu di kampus atau di luar kampus, entah itu ada rekan dakwah atau tidak, entah dakwah kita diterima atau tidak, selama niat menebar kebaikkan dan kebermanfaatan selalu tertanam dalam diri, usaha-usaha kita akan selalu dihargai dengan pahala yang tidak ada habisnya. Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita untuk terus bergerak menebar kebaikkan. Tulisan ini juga sebagai sarana renungan untuk saya sendiri dan semoga bermanfaat. Terus melayani dengan cinta dan terus bekerja untuk mencapai harmoni.

Kamis, 23 Januari 2014

Menjadi Ikan Laut

 Menjadi Ikan Laut

Pesan ayah nemo kepada nemo :D

Sebagai aktifis dakwah, memompa semangat adalah hal yang perlu dilakukan setiap saat. Saat kita berada di lingkungan kampus dan berkumpul bersama orang-orang yang dekat dengan nilai keislaman, rasanya semangat dakwah pun bermunculan setiap saat. Faktor lingkungan memang berperan penting dalam penentuan kapasitas diri seseorang.
Terkadang, kita merasa aman dengan lingkungan yang tengah kondusif. Akan tetapi, medan nyata kita bukanlah zona nyaman itu. Medan nyata kita adalah lingkungan di luar sana, masyarakat yang perlu dengan asupan cahaya, terutama keluarga kita sendiri.
Saat tiba liburan semester misalnya, kita terpisahkan dari zona nyaman kita. Mau tidak mau tantangan dan godaan datang silih berganti. Jika di dalam diri kita tidak disiapkan benteng yang kokoh untuk menangkal setiap godaan, bisa jadi diri kita terjerumus dalam lembah kegersangan  kemudian futur menghiasi hari-hari.Itulah salah satu contoh dari penyakit yang biasanya rentan menghinggapi aktifis dakwah saat berada di luar zona keislaman kampus.
Tentunya kita tidak ingin penyakit tersebut hinggap ketika meninggalkan zona keislaman. Peningkatan amalan sunnah, konsisten dalam menjalankan target amalan yaumiyah, dan aktif menjaga ghirah (semangat) dengan mengajak anggota keluarga ke dalam kebaikan adalah beberapa hal yang bisa diplikasikan untuk menjaga semangat dakwah di luar kampus.
Seiring berjalannya waktu, bukan saatnya lagi kita surut semangat jika berada di tengah orang-orang yang tidak mempunyai kapasitas diri yang sama. Bukan saatnya pula kita merasa sendiri jika tidak bersama dengan aktifis-aktfis yang lain. Semua aktifis mengemban amanah yang sama, berjalan di atas panji Allah, menyeru kepada kebaikan dimanapun ia berada. Kita bukanlah orang munafik yang hatinya terpecah belah seperti dituliskan dalam QS Al-Hasyr ayat 14, “Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu katena mereka orang-orang yang tidak mengerti.”
Beradanya kita di tengah masyarakat adalah langkah nyata. Inilah medan yang sebenarnya kita hadapi. Semangat kita seharusnya lebih terpacu karena tantangan dakwah kian meluas. Kita selayaknya belajar dari ikan laut. Ia tetap tawar meski hidup dalam air asin. Selama ia masih hidup, ia tidak terkontaminasi dengan asinnya air laut. Begitupun hati dan semangat kita, selama hati dan semangat kita masih hidup dengan tetap menjalankan amalan yaumiyah dan pendekatan kepada illahi, insya Allah kita akan jauh dari futur dan jauh dari surutnya semangat dakwah.Semangat menjadi ikan laut, jangan biarkan ruh kita mati sedetik pun jika kita tidak ingin menjadi ikan asin. Semangat berjuang bersama meski berjauhan. Kita bersatu dan hati kita berpadu. Wallahu a’lam.

Minggu, 12 Januari 2014

Apakah kita termasuk saudara-saudara Rasululloh?

RinduRasul


Oleh: Ust. Muhammad Lili Nur Aulia, Lc
SEMBILAN hari sebelum wafatnya utusan Allah swt, Muhammad saw. Sepulang dari menunaikan haji wada’, turun firman Allah swt, “… wattaqu yauman… turja’uuna fiihi”. Sejak itu, tanda-tanda kesedihan sudah tampak dalam diri manusia mulia itu. “Aku ingin mengunjungi makam para syuhada uhud,” ujarnya. Beliaupun pergi ke lokasi makam, dan berdiri di tepi makam para sahabatnya. “Assalamualaikum ya syuhadaa Uhud. Kalian telah lebih dahulu, dan kami insya Allah akan menyusul kalian. Dan aku insya Allah akan bretemu dengan kalian.”
Dalam perjalanan pulang, Rasul saw menangis. Para sahabat bertanya, tentang sebab tangisannya. Dengan nada lirih, Nabi Allah itu mengatakan, “Aku merindukan saudara-saudaraku..”
“Bukankah kami ini adalah saudara-saudaramu, ya Rasulullah?” sergah para sahabat. Rasul menjawab, “Tidak. Kalian adalah sahabat-sahabatku. Adapun saudara-saudaraku adalah orang yang datang setelahku, tapi mereka beriman kepadaku meskipun tidak melihatku.”
Saudaraku,
Apakah kita termasuk saudara-saudara Rasulullah saw yang dirindukannya itu? Seberapa besar juga kerinduan kita kepada sang Nabi yang merindukan kita itu? Apa bukti kerinduan kita? Apa buki kita adalah saudara-saudara yang dirindukan Rasulullah saw?Andai kita merasa sebagai saudara-saudara yang dirindukan Rasulullah saw. Ada banyak hal yang harus kita lakukan. Dan yang paling jelas adalah, mengikuti sunnah Rasulullah saw dalam berdakwah atau menyerukan nilai agama Allah ini ke banyak orang. Apakah kita termasuk orang-orang yang menyebarkan, menyampaikan, mendakwahkan, memperjuangkan agama Allah yang dibawa Nabi Muhammad saw?
Saudaraku,
Mari mengambil pelajaran dari cerita dakwah seorang shalih yang pernah dimuat dalam Majalah Al Mujtama’ beberapa waktu lalu berikut ini.
“Aku mengendarai mobil di samping sebuah pasar dan melihat seorang pemuda yang sedang memeluk seorang gadis. Aku ragu, apakah aku akan menasihatinya atau tidak? Tapi akhirnya aku putuskan untuk berhenti dan mendekati mereka. Melihat aku datang, anak gadis yang tadinya sedang asik itu terkejut, dan lari. Sementara sang pemuda, juga tampak takut dan mengira aku aparat pemerintah, atau polisi.
“Assalamu’alaikum..” sapaku. Aku kemudian menjelaskan, bukan sebagai aparat atau polisi. “Aku hanya seorang saudara yang ingin sekali menyampaikan kebaikan untukmu dengan memberi nasihat,” jelasku. Aku lalu berbicara dengan suasana tenang, hingga tanpa terasa, mata pemuda itu berkaca-kaca lalu air mata matanya kulihat menitik. Singkat cerita, setelah itu, kami berkenalan dan bertukar nomor hp
Dua pekan setelah itu, aku kebetulan saja memeriksa isi dompet dan mendapatkan  nomor telepon si pemuda itu. “Aku ingin menghubuginya sekarang,” gumamku saat itu waktu subuh. Akupun menghubunginya, “Masih kenal aku?” Ia menjawab, “Bagaimana aku bisa melupakan suara ini, suara yang telah mengantarkanku pada hidayah dan membuatku bisa melihat cahaya dan jalan yang benar…” Kami lalu sepakat untuk berkujung ke rumahnya pada hari itu juga setelah shalat Asar. Tapi Allah mentakdirkan lain. Aku kedatangan tamu dan akhirnya terpaksa terlambat memenuhi janji sekitar satu jam. Aku ragu, apakah akan tetap berangkat atau tidak. Akhirnya kuputuskan aku harus menepati janji meskipun terlambat
Aku pergi ke rumah pemuda itu dan mengetuk pintu rumahnya. Rupanya, orang tua pemuda itu yang membukakan pintu. “Fulan ada… “ tanyaku. Pertanyaan itu sepertinya membuat keheranan dan ia tidak menjawab apapun. Aku bertanya lagi, “Fulan ada…?” Orang tua itu lalu mengatakan, “Anak muda, ini bekas tanah pemakaman Fulan. Tadi pagi kami baru saja menguburkannya…” Aku sangat terkejut dan merasa tidak percaya dengan apa yang kudengar. Aku mencoba menerangkan dengan yakin,  “Pak, pagi tadi baru saja saya berbicara dengannya melalui telepon di waktu subuh.
Orang tua itu terdiam heran. Iapun sama-sama, nyaris tidak percaya dengan perkataanku. Ia  lalu menjelaskan, “Fulan kemarin shalat zuhur dan duduk membaca Al Quran di masjid, setelah it ia pulang dan tidur sebentar di rumah. Ketika kami ingin membangunkannya di untuk makan siang, ternyata ia sudah meninggal.”  Ia menerangkan lagi, “Anakku dahulunya adalah orang yang tidak malu melakukan kemaksatan. Tapi dua minggu terakhir keadaannya berubah. Ia menjadi orang yang membangunkan kami untuk shalat subuh di masjid, padahal ia sebelumnya tidak mau medirikan shalat dan banyak melakukan keburukan. Allah memberikannya hidayah…”
Kami sama-sama terdiam. Tapi kemudian ayah Fulan bertanya, “Sejak kapan kamu mengenal anak saya?” tanyanya. Aku menjawab sambil merenung, “Dua minggu lalu.” Ayahnya langsung menyergah, “Jadi kamu yang menashati anak saya. Biar aku memelukmu, karena kamu telah menyelamatkan anakku dari neraka..
Saudaraku,
Menurut penulisnya, ini adalah kisah nyata. Silahkan ambil pelajaran apapun yang bisa kita manfaatkan dari kisah ini. Dari kepedulian seorang Muslim yang merasa wajib menyampaikan nasihat karena Allah swt kepada si pemuda. Juga, tentang akhir hidup si pemuda yang bertolak belakang dengan rentang amalnya sebelum bertemu dengan sang pendakwah. Hingga peristiwa luar biasa yang terjadi antara si pemuda di waktu subuh, dengan pendakwah…
Saudaraku,
Apakah Rasulullah saw pernah merindukan kita? Apakah  kita adalah saudara-saudara Rasulullah saw yang beriman kepadanya, meski pun kita tidak pernah melihat dan belum pernah bertemu dengannya. Apa bukti kita sebagai kelompok orang yang dirindukan Rasulullah saw? Bertanyalah pada diri sendiri, apa yang sudah kita berikan pada agama ini? Apakah kita sudah memberi sentuhan dakwah kepada orang-orang yang ada di sekeliling kita? Mudah-mudahan, kita termasuk yang disebut Rasulullah saw sebagai saudara-saudara yang dirindukannya…

Selasa, 07 Januari 2014

Kenapa Harus Mentoring?


Islamedia - Tulisan ini ditujukan untuk seluruh mahasiswa,pemuda, yang masih mempertanyakan kenapa harus mentoring ?? apa sih itu mentoring dan yang lebih penting apa itu manfaatnya.. atau bisa juga tulisan ini untuk para mentor yang masih mempertanringyakan kenapa saya menjadi mentor ? apa sih urgensinya. dan bagaimana mentoring mampu menjadi bagian dari membangun peradaban. !

kenapa harus mentoring ?

Karena mentoring sebenarnya adalah proses untuk “akselerasi kedewasaan”. Kedewasaan ini, sangatlah luas, bisa jadi, kedewasaan dalam memahami Islam,kedewasaan dalam berilmu sesuai pilihan kompetensinya, kedewasaan dalam mensikapi masalah, kedewasaan dalam memilih keputusan, bahkan kedewasaan dalam bergaul- mengenal karakter manusia.

Kedewasaan, Kenapa ? Kenapa Bisa ? Dan Apakah Harus Dengan Mentoring ?

Ya. Mentoring adalah sebuah grup diskusi terfokus, yang didalamnya terdapat interaksi- relasi antar insan, ada aspek manusiawi, serta hubungan interpersonal. Bisa jadi seseorang menjadi dewasa, tanpa mentoring, karena aspek pembentuk kedewasaan memang banyak, bisa jadi dia anak sulung, sebatang kara, dididik orang tua, atau memang sudah dilepas sedari kecil. Mentoring adalah proses “percepatan kedewasaan”, karena dengan mentoring, maka kita akan memperbesar “kapasitas berkomunitas” kita, memahami bahwa ternyata, karakter manusia itu beragam, menangani konflik komunikasi, hingga mampu bekerjasama walaupun terdapat perbedaan prinsip di satu sisi.

Lalu, Kenapa Harus Mentoring Yang Isinya Materi Melulu ?

Materi ? Ya, terkadang, mentor memang tidak mampu menerjemahkan “materi” mati menjadi “hidup”. Mentor harus paham, bahwa “mempelajari” dan “membaca” sebuah materi adalah satu masalah, sedangkan “membumikan” dan “mengkomunikasikan” materi kepada adik mentor, adalah masalah lain yang berbeda, jangan disamakan. Mentoring mengandung 3 aspek, yaitu kognitif ( materi keilmuan, knowledge. Bisa jadi rasmul bayan yang kita dapat dulu saat pertama kali liqo), afektif ( sikap, bersikap saat menyampaikan, raut muka, bahasa tubuh, mimik wajah, ) , dan psikomotorik ( bisa jadi saat rihlah, olahraga, intonasi). Psikologi dan suasana mentoring akan sangat mempengaruhi adik mentor.

Mentoring, Apa Hubungannya Dengan Kesuksesan Saya ?
Apakah Mentoring Harus Bermateri Agama Islam ?

Tahukah kamu, bahwa orang- orang yang mampu mengubah zaman, pada masa mudanya, adalah orang- orang yang membentuk kelompok diskusi tersegmen ? Tahukah kamu, bahwa mentoring dapat mempercepat pemahaman kita akan sebuah disiplin ilmu ? Dan,bukan hanya Islam.Tidak percaya ? Ini beberapa contohnya :
HOS Cokroaminoto punya 3 binaan, yaitu Sukarno ( Presiden1 RI), Semaun ( Pemimpin PKI Madiun), dan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo ( Pemimpin DI TII/ NII). Nah, semua jadi “tokoh” kan ? Walaupun akhirnya jadi berseberangan, itu, mungkin karena mereka pada ngebandel,mentoringnya gak selesai kali ya ?…

Jesse Jackson, senator negro pertama AS, yang Yahudi. Salah satu binaannya adalah Lewis “ Scooter” Libby ( Staf DEPLU AS), dan salah satu binaan dari mentoringnya Yahudi dari Libby ini, sekarang menjabat sebagai Presiden Bank Dunia, Paul Wolfowitz ( Pasti tahu dia kan ?)

Badiuzzaman Said Nursi, pemimpin Harokah Islamiyah dari Turki, penentang sekulerisme Kemal Pasha, dengan jamaahnya, Jamaah Nur, dan risalahnya, Risalah Nuriyah, punya kader yang masih dalam mentoringnya langsung, yaitu Dr. Necmetting Erbakan, dengan Partai Refah-nya, mantan PM Turki yang akhirnya terjungkal oleh militer, digantikan oleh Tanshu Ciller, dan hingga akhir hayatnya, dilarang terjun ke politik. Namun, Erbakan ini punya 11 binaan yang dipersiapkan untuk terjun ke politik praktis, dan 2 diantaranya adalah Abdullah Gul ( Presiden Turki sekarang) dan Recep Thayyip Erdogan ( PM Turki sekarang), yang mendapatkan amanah kepemimpinan dengan partai baru, Partai Keadilan dan Persatuan.

Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Abdul Latief, dan Fadel Muhammad, adalah kader Golkar, yang sengaja dibentuk semenjak masih di bangku kuliah ITB untuk mengendalikan sektor riil Indonesia, dengan suatu saat nanti mengendalikan asosiasi dagangnya, yaitu KADIN. Mereka terkenal dengan sebutan “Grup Gelapnyawang”, murobinya, pasti semua kenal, Ginanjar Kartasasmita, Ketua DPD RI sekarang.

Tahu teman satu mentoring-nya Einstein ? Ya, Schrodinger! Dan tahu nama komunitas diskusinya ? Ya, The Royal Society, yang sudah ada semenjak Sir Isaac Newton hingga Stephen Hawking sekarang.

Jadi Kenapa Mentoring ? Saya Butuh Jawaban Logis- Rasional- Kuantitatif !

Baik, itu pertanyaan favorit saya, saya akan berikan jawaban :
Karena dengan mentoring, maka kamu akan mengalami Akselerasi/ Percepatan Kedewasaan.

Jawaban Yang Tidak Logis, Apa Maksudnya ? Kedewasaan Apa Konkretnya ?

Konkretnya ? Baik, saya kasih contoh tersegmen :

Kedewasaan Ilmu
Jika ingin mendapatkan akselerasi kedewasaan dalam memahami dan menerapkan ilmu kamu di kampus, kamu harus ngementor dengan dosennya, di luar jam kuliah. Bikin kelompok kecil dengan 1 dosen sebagai mentor di rumahnya,jangan nunggu TA, kelamaan, keburu lulus ! Kenapa ? Karena ruangan kuliah terlalu sempit untuk mengetahui aspek teknis- taktis dari keilmuan kita. Jika memang benar- benar mau memiliki kemampuan berpikir strategis ala anak S1 dan bergerak taktis- teknis ala anak D3, maka, ajak seorang dosen untuk mentoring, curi semua ilmunya dan kamu akan mengalami akselerasi ilmu yang jauh berlipat, kamu bisa punya kemampuan setara doctor atau peneliti sebelum berusia 25 tahun! Luar biasa bukan mentoring itu ?

Kedewasaan Bisnis

Maksudnya ? Ya, biasanya, orang punya ide luar biasa untuk terjun ke sektor riil, namun bingung mulai dari mana, tidak ada modal, tidak ada jaringan, dll. Nah, dengan mentoring bisnis ini, kamu bisa mendapatkan ilmu luar biasa, bahwa ternyata, bisnis besar bisa dimulai dengan tanpa modal! Bahwa jaringan itu bukan hal yang sulit! Dan, kamu bisa mendirikan perusahaan berbasis kompetensi kuliah kamu, seperti halnya Steve Jobs, atau Michael Dell, sebelum berusia 25 tahun ! Nah, luar biasa bukan efek dari mentoring itu ?

Kedewasaan Psikologis

Maksudnya, apa lagi ? Hm, menjadi jenius bukan berarti terus jadi asosial loh. Jarang bergaul dan susah berinteraksi, seperti Steve Nash di Film A Beautifil Mind, sampai kena Skizofrenia segala ! Sudahlah, cobalah untuk bisa paham bahwa karakter manusia itu beragam, ada yang sensitive, agresif, ekspansif, bahkan arogan segala! Tahu kan, biasanya orang asosial punya kecenderungan bunuh diri tinggi, bahkan suka gagal dalam membangun karir dan relasi. So, mau cepet dewasa dalam menyikapi permasalahan hidup ? Yuk, mentoring.

Kedewasaan BerIslam

Ah, kamu pasti tidak mau disebut fanatik kan ? Fanatisme berlebihan terjadi karena dogmatis yang tanpa ada diskusi dan interpretasi. Islam tidak seperti itu, kita diberikan kesempatan untuk bertanya seluas dan sedalam mungkin, kita bahkan ditantang untuk membuktikan kebenaran Islam dalam Al Quran, dan percayakah kamu, Malaikat saja bertanya ! Mempertanyakan kepemimpinan manusia di bumi ? Dan, mereka tidak disebut Allah dengan kurang ajar loh. So, ,mau menjadikan Islam sebagai sebuah gaya hidup ? Setelah kamu jadi peneliti, pengusaha, hingga dosen, kamu akan kehilangan ruh dan karakter kuat manakala tidak punya prinsip yang kuat, dan saya yakin, Islam adalah prinsip hidup yang paling nyaman dan menyenangkan buat manusia, mau mentoring Bos ? Yuuuk……

Intinya, dengan mentoring, kamu bakalan lebih cepat mengalami kedewasaan, mengenali potensi kemanusiaan kamu, hingga menata hidup kamu lebih baik, bukan Cuma buat kamu sendiri, tapi juga buat lingkungan sekitar kamu…Asyik kan?
Nah, contoh- contoh argumen diatas, apakah bisa dipakai ? Sekedar saran ringan saja
Ridwansyah Yusuf Achmad (Kepala Gamais ITB (08/09),Presiden Keluarga Mahasiswa ITB(09/10)

Senin, 06 Januari 2014

“Kapan dan bagaimanakah memulai kejujuran itu?” #UasKuJujur



dakwatuna.com - Mungkin ada yang bertanya, “Kapan dan bagaimanakah memulai kejujuran itu?”
Jawabnya mudah tetapi melaksanakannya susah, “Mulailah sekarang juga, saat ini juga. Kejujuran dimulai dari diri sendiri, bukan dari orang lain. Jujur kepada Allah tentang dirimu, jujur kepada dirimu sendiri. Jika engkau mengatakan subhanallah dengan berulang-ulang dan penuh penghayatan maka engkau mengakui bahwa Allah Maha Suci sedangkan dirimu kotor dan banyak menyalahi atau berdosa kepada-Nya. Jika engkau sering beristighfar maka Engkau jujur mengakui kesalahanmu itu. Jika engkau selalu memuji Allah, maka engkau mengakui bahwa tiada yang patut dipuji selain Allah”.
Inilah pangkal kejujuran dan makna dari firman Allah Azza wa Jalla,
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-ra’du: 28-29)
Mulai sekarang hendaknya engkau konsisten dengan kejujuran itu meskipun berhadapan dengan siapa pun. Jangan sekali-kali berdusta atau membohongi orang lain karena Allah Maha tahu. Dia akan membuat perhitungan denganmu tentang hal itu. Ingatlah Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam berkata,
“Kejujuran itu adalah ketenangan, sementara kebohongan adalah kegelisahan” (HR. Bukhari)
Saat berbuat jujur (terhadap Allah dan dirimu sendiri), engkau akan merasa tenang dan tenteram. Demikian pula ketika engkau jujur terhadap orang lain. Tetapi tatkala berbuat dosa atau mengkhianati orang maka hatimu menjadi gelisah… Tinggalkan kegelisahan itu, beristighfarlah lalu, bersikaplah jujur.
Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Apabila seorang hamba berbohong , Malaikat yang menyertainya akan menjauh sekitar satu mil karena bau busuk perbuatannya” (HR. At turmudzi)
Jika Malaikat menjauh, artinya hilanglah rahmat Allah. Lalu, pastilah Allah murka kepadamu… setelah itu yang akan mendekat mu adalah syaitan . Karena itu berhati-hatilah, jangan berbohong. Sebab kebaikan datang bersama saudaranya (kejujuran). Demikian pula dengan keburukan, ia datang bersama saudaranya… Selanjutnya, untuk melatih kejujuran ini Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Berikan jaminan kepadaku dengan enam hal dari dirimu dan aku menjamin surga untukmu: jujurlah jika berbicara, tepatilah jika berjanji, tunaikanlah jika diserahi amanah, jagalah kemaluanmu, jagalah pandanganmu, dan jagalah tanganmu” (HR. Ahmad)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/04/15216/bagaimana-memulai-kejujuran/#ixzz2pgXW8LsD 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Yuk Mentoring

Yuk Mentoring

Wolferine mentoring

Wolferine mentoring

Islamic Student Center IPB Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger