Selasa, 28 Januari 2014

3 Hal agar Tetap Semangat




Kreeek teel …. Suara aneh dari belakangku terdengar. Ada apa akhi?  Tanya ku kepada teman dibelakangku. “Gak apa-apa akh cuman tali tas ini putus” jawab temanku. “Yakin ente gak papa, tas ente kan berat , perjalanan juga masih jauh puncak gunung ini juga masih 4 km lagi, yakin nte ente kuat?” tanya ku. “Woles aja keles yang putus cuman sebelah masih bisa pakai tali sebelahnya nih gini caranya” , katanya sambil menyampirkan tas cariernya. “Yakin ente?” tanya ku lagi ,  “Iya Akhi ane kuat kok InsyaAlloh yang penting tetap semangat dan ikhlas menapaki jalan ini akhi , InsyaAlloh kuat sampe tujuan kok” jawabnya menyakinkan aku. “Oke sip lah akhi , antum luar biasa pokoknya.. hehe” kata ku sambil melanjutkan perjalanan. “Saling menyemangati dan menjaga aja akhi hehe” kata temenku lagi menambahkan. Jawaban yang luar biasa menurutku mengingat dia pasti berat membawa ta scariernya yang berat apalagi dengan cara disampirkan, dibawa biasa aja udah berat hehe, tetapi tak sedikitpun terlihat kelesuan dan keletihannya bahkan yang terlihat adalah semangat yang menyala-nyala menapaki perjalanan dan sampai di tujuan.
            Begitulah seharusnya semangat yang dimiliki oleh seorang kader dakwah, semangat yang kuat bagaikan Gunung yang kokoh lagi mengokohkan, dalam keadaan bagaimanapun seorang kader dakwah akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-citanya walaupun kondisinya sedang lemah atau sulit. Allah SWT berfirman  “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (At-Taubah: 41)”.
            Pada tulisan ini akan membahas mengenai cara-cara agar tetap semangat dalam berdakwah khususnya, dimanapun kita berada baik itu di keluarga , kampus, sekolah, masyarakat, , dll. Karena semangat yang besar dan benar maka gunung tinggi menjulang, samudera luas menghadang tak kan jadi halangan untuk kita berdakwah dimanapun dan kapanpun. Seperti Semangatnya Mohammed Al-Fath yang membawa kapal-kapal melewati gunung yang menjulang untuk menaklukan Konstantinopel,  Umar Bin Abdul Aziz yang bekerja mensejahterakan Rakyatnya hingga dalam waktu 2 negerinya adil dan sejahtera, Abu Bakar Ash-Shidiq yang menginfakkan semua hartanya untuk Dakwah, Rasululloh yang mengorbankan segalanya dalam menyampaikan Islam.
            Hal pertama yang dilakukan dalam mempertahankan semangat dalam berdakwah adalah meluruskan niat. Niat yang benar dan besar adalah hanya mengharapkan Ridho Alloh. Hendaknya pekerjaan yang kita lakukan dilandasi dengan niat ikhlas lillahi ta’ala.  Jangan ada sedikitpun niat buruk apalagi sampai merugikan orang banyak dalam pekerjaan kita. Seperti dalam Hadits pertama dalam Hadist Arbain. Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]. Jadi semua dakwah yang kita lakukan haruslah Ikhlas hanya mengharapkan Ridho Alloh, dengan ikhlas maka semangat kita akan lebih besar karena Alloh melihat usaha-usaha kita. Jangan hanya karena ada kakak itu, mbak itu, atau adik itu.. uppss.
            Kedua kita harus senantiasa menjaga kualitas Rukhiyah kita. Mengutip perkataan Ust Anis Matta dalam sebuah sesi beliau mengatakan , “syarat pertama yang harus dilalui oleh umat ini adalah al yaqizhatur Ruhiyah (Kebangkitan spiritual)”. Tema ini adalah salah satu episode terpenting dalam episode-episode kebangkitan umat, kalau kita memandang dalam konteks dakwah adalah salah satu kebangkitan itu adalah tersampaikannya risalah ini kepada seluruh manusia, sebagaimana yang Allah SWT katakan dalam Al Qur’an kisah Ashhabul ukhdud, walaupun secara kasat mata sang pemuda mukmin mati dipanah akan tetapi semangat keteguhan, idealismenya dalam mempertahankan ideologinya menghujam ke dalam sanubari manusia yang menyaksikan proses kematiannya. Setidaknya ada dua agenda penting yang mesti kita lakukan dalam strategi perjuangan ruhiyah yang sedang kita jalani saat ini.
Pertamabina’aur ruhiatul qawiyah (membangun kekuatan ruhiyah) merupakan sebuah strategi yang tak dapat tidak mesti kita lakukan kita buat program edukasi ruhiyah bagi masyarakat merupakan peran sosial mahasiswa dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kita melihat sudah banyak di antara para aktivis dakwah yang mulai berangsur-angsur meninggalkan hal ini, kita berdoa kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk terus semangat dalam berdakwah dan membangkitkan Islam.
Keduabinaa’ul manna’atur ruhiyah (membangun kekebalan ruhiyah) hal ini penting dilakukan. Karena hal yang paling esensial setelah kita melakukan prosesi penguatan ruhiyah adalah menjaga agar tetap terjaga dari degradasi ruhiyah yang akan berimplikasi pada lambatnya prosesi kebangkitan Islam, kita bisa melihat realitas sirah ketika Shalahuddin al Ayyubi menjaga kondisi ruhiyah para tentaranya dengan berjalan di setiap kemah untuk memperhatikan qiyamul lail para jundinya, dan beliau mendapati salah satu kamp seorang tentara tertidur lalu beliau membangunkannya dan seraya berkata perbuatan kamu ini akan menjadi penghalang kemenangan kita.
Jadi jangan menjadi kader yang kualitas rukhiyahnya keder ya. Karena kekuatan Rukhiyah lebih besar daripada kekuatan fisik kita. Contohnya Syeikh Ahmad Yasin yang sanggat luar biasa kekuatan Rukhiyahnya mampu menjadi orang yang sanggat ditakuti oleh bangsa yahudi dan sekutunya. Walaupun jika diukur melalui fisiknya , mungkin fisik kita lebih kuat daripada beliau karena beliau kemana-mana memakai kursi roda. Namun semangatnya selalu membara, dari kursi roda menguncang dunia berusaha membebaskan Palestina.
            Ketiga yaitu  ukhuwah yang kuat antar para kader dakwah. Kita memang seperti lidi yang apabila sendiri maka akan gampang dipatahkan dan apabila bersatu maka akan kuat dan sulit dipatahkan apalagi dihancurkan. Dengan Ukhuwah yang kuat kader dakwah bisa saling mengingatkan, saling tolong-menolong, saling bekerjasama dalam berdakwah. Firman Allah SWT yang masyhur di kalangan kita menyatakan sebagai berikut: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Oleh karena itu, damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu. Dan patuhlah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10). Rasulullah SAW pun bersabda:“Seorang muslim adalah bersaudara dengan sesama muslim. Tidak menganiayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain. Barangsiapa mencukupi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Barangsiapa melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari Kiamat. Dan barangsiapa menutupi aurat seorang muslim, maka Allah akan menutupi auratnya di hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar RA). Cerita tentang ukhuwah yang kuat tergambarkan saat hijrah. Rasul mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khazraj. Saat itu Rasul menggenggamkan tangan dua orang, seorang dari Muhajirin dan seorang lagi dari Anshar. Rasul berkata pada mereka, "Bersaudaralah karena Allah dua-dua." Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin Rabi’ dan Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa’ad langsung menawarkan setengah hartanya kepada Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap menceraikan salah satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman. Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini diterima kaum Muhajirin dengan keimanan pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, "Biarkanlah harta, rumah, dan istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar." Maka Abdurrahman meminjam uang dari Sa’ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki baginya, sehingga Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya.
Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiah akat tetap kokoh. Rasulullah Saw. bersabda "Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya." (HR. Imam Bukhari). Kader dakwah harus menjadi bagian dari sebuah bangunan yang tersusun kokoh yang tidak mudah hancur ketika badai menerjang, menjadi bagian dari barisan yang teratur, yang akan menggentarkan setiap musuh yang melihat, membuat ciut nyali siapa saja yang akan menghadang.
            Jadi ada 3 hal yang InsyaAlloh bisa mempertahankan semangat kita dimanapun dan kapanpun dalam berdakwah khususnya. Pertama adalah meluruskan niat, kedua menigkatkan rukhiyah, dan ketiga menguatkan ukhuwah. Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat untuk diri sendiri khususnya dan bermanfaat juga untuk semua orang, Wallahu A’lam Bish Shawab .

0 komentar :

Posting Komentar

Yuk Mentoring

Yuk Mentoring

Wolferine mentoring

Wolferine mentoring

Islamic Student Center IPB Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger