Jumat, 24 Januari 2014

Luar Kampus, Kehidupan Nyata yang Harus Kita Hadapi



Bismillah...
Mempertahankan semangat dakwah di luar kampus? Hm, sedikit mengernyitkan dahi ketika mendengarnya. Mungkin ketika di kampus, semangat dakwah kita terjaga karena kita berada disekitar orang-orang yang menghidupkan syiar-syiar islam. Tapi bukankah tak selamanya kehidupan kita berada di kampus? Suatu saat kita harus keluar dari kehidupan kampus. Setelah itu, terjun di dalam masyarakat adalah kehidupan nyata yang memang harus kita hadapi. Ketika kita sudah berada disini, beragam orang yang kita temui. Tidak semua orang yang ada di lingkungan kita satu fikrah dengan kita. Nah, jika sudah begini bagaimana kita mempertahankan semangat dakwah kita? Sebelumnya kita harus membantu mengubah mindset masyarakat sekitar kita mengenai makna ‘dakwah’. Dakwah bukan hanya ceramah, tablig, dan lain sebagainya seperti yang selama ini orang-orang ketahui. Inti dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar, mengajak atau menyuruh pada kebaikan, mencegah dari kemungkaran, dan menghidupkan syiar islam. Memberi contoh yang baik pun termasuk dakwah. Seperti yang dikatakan Imam Syafi’i, “Siapa yang memberi nasihat saudaranya dengan perilakunya, maka dialah pemberi nasihat yang sebenarnya”. Walaupun memang kita tidak bisa berharap penuh semua masyarakat sekitar kita langsung meniru ketika kita memberi contoh yang baik. Tetapi kita bisa mengulang sesering mungkin contoh baik tersebut sehingga menjadi suatu habits dalam masyarakat sehingga masyarakat menyadari bahwa hal tersebut adalah perilaku terpuji yang patut diteladani. Jika sudah begitu masyarakat sudah terkondisikan, lingkungan menjadi kondusif, dan semangat dakwah kita juga terjaga karena kita tidak sendiri. Kita bisa mengajak masyarakat turut berdakwah karena dakwah memang tugas setiap manusia selama ia masih diberi kehidupan. Istilahnya menciptakan lingkungan kondusif yang sesuai dengan fikrah kita. Memang, kondisi tersebut belum tentu terjadi. Tetapi merencanakan kebaikan dengan tetap berdoa kepada Allah adalah lebih baik bukan daripada tidak merencanakan sama sekali. Niat mengamalkan serta menyeru dalam kebaikan perlu kita pupuk setiap saat bisa menjadi salah satu cara mengatasi turunnya iman. Karena naik turunnya iman adalah hal wajar yang dialami setiap manusia.  Tentunya dengan tetap menjaga dan meningkatkan amalan yaumiyah serta merenungkan kembali keutamaan dakwah dan tugas kita sebagai manusia (Al Baqarah :30), insya Allah semangat dalam berdakwah pun akan terjaga dimanapun kita berada. Semangat menebar kebaikan. Wallahu ‘alam.

“nahnu duat qobla kulli syai” ya, dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapun, kita adalah dai. Maka ada beban keteladanan yang kita emban bersama eksistensi kita. Semangat menjadi teladan di rumah. Istiqomah memang sulit, karenanya Allah amat mencintai mereka yang istiqomah. (mba fathia)

0 komentar :

Posting Komentar

Yuk Mentoring

Yuk Mentoring

Wolferine mentoring

Wolferine mentoring

Islamic Student Center IPB Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger