Kreeek teel …. Suara aneh dari belakangku terdengar. Ada apa akhi? Tanya ku kepada teman dibelakangku. “Gak apa-apa akh cuman tali tas ini putus” jawab temanku. “Yakin ente gak papa, tas ente kan berat , perjalanan juga masih jauh puncak gunung ini juga masih 4 km lagi, yakin nte ente kuat?” tanya ku. “Woles aja keles yang putus cuman sebelah masih bisa pakai tali sebelahnya nih gini caranya” , katanya sambil menyampirkan tas cariernya. “Yakin ente?” tanya ku lagi , “Iya Akhi ane kuat kok InsyaAlloh yang penting tetap semangat dan ikhlas menapaki jalan ini akhi , InsyaAlloh kuat sampe tujuan kok” jawabnya menyakinkan aku. “Oke sip lah akhi , antum luar biasa pokoknya.. hehe” kata ku sambil melanjutkan perjalanan. “Saling menyemangati dan menjaga aja akhi hehe” kata temenku lagi menambahkan. Jawaban yang luar biasa menurutku mengingat dia pasti berat membawa ta scariernya yang berat apalagi dengan cara disampirkan, dibawa biasa aja udah berat hehe, tetapi tak sedikitpun terlihat kelesuan dan keletihannya bahkan yang terlihat adalah semangat yang menyala-nyala menapaki perjalanan dan sampai di tujuan.
Begitulah seharusnya semangat yang dimiliki oleh seorang
kader dakwah, semangat yang kuat bagaikan Gunung yang kokoh lagi mengokohkan,
dalam keadaan bagaimanapun seorang kader dakwah akan berusaha sekuat tenaga
untuk mencapai cita-citanya walaupun kondisinya sedang lemah atau sulit. Allah
SWT berfirman “Berangkatlah kamu baik
dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan
dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui (At-Taubah: 41)”.
Pada tulisan ini akan membahas mengenai cara-cara agar
tetap semangat dalam berdakwah khususnya, dimanapun kita berada baik itu di
keluarga , kampus, sekolah, masyarakat, , dll. Karena semangat yang besar dan
benar maka gunung tinggi menjulang, samudera luas menghadang tak kan jadi
halangan untuk kita berdakwah dimanapun dan kapanpun. Seperti Semangatnya Mohammed
Al-Fath yang membawa kapal-kapal melewati gunung yang menjulang untuk
menaklukan Konstantinopel, Umar Bin
Abdul Aziz yang bekerja mensejahterakan Rakyatnya hingga dalam waktu 2
negerinya adil dan sejahtera, Abu Bakar Ash-Shidiq yang menginfakkan semua
hartanya untuk Dakwah, Rasululloh yang mengorbankan segalanya dalam
menyampaikan Islam.
Hal pertama yang dilakukan
dalam mempertahankan semangat dalam berdakwah adalah meluruskan niat. Niat yang
benar dan besar adalah hanya mengharapkan Ridho Alloh. Hendaknya pekerjaan yang
kita lakukan dilandasi dengan niat ikhlas lillahi ta’ala. Jangan ada sedikitpun niat buruk apalagi
sampai merugikan orang banyak dalam pekerjaan kita. Seperti dalam Hadits
pertama dalam Hadist Arbain. Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin
Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya,
dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan
Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena
seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang
ditujunya”.
[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang
Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An
Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab
hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]. Jadi semua dakwah yang kita lakukan
haruslah Ikhlas hanya mengharapkan Ridho Alloh, dengan ikhlas maka semangat
kita akan lebih besar karena Alloh melihat usaha-usaha kita. Jangan hanya
karena ada kakak itu, mbak itu, atau adik itu.. uppss.
Kedua kita harus senantiasa
menjaga kualitas Rukhiyah kita. Mengutip perkataan Ust Anis Matta dalam sebuah
sesi beliau mengatakan , “syarat pertama yang harus dilalui oleh umat ini
adalah al yaqizhatur Ruhiyah (Kebangkitan spiritual)”. Tema
ini adalah salah satu episode terpenting dalam episode-episode kebangkitan
umat, kalau kita memandang dalam konteks dakwah adalah salah satu kebangkitan
itu adalah tersampaikannya risalah ini kepada seluruh manusia, sebagaimana yang
Allah SWT katakan dalam Al Qur’an kisah Ashhabul ukhdud, walaupun
secara kasat mata sang pemuda mukmin mati dipanah akan tetapi semangat
keteguhan, idealismenya dalam mempertahankan ideologinya menghujam ke dalam
sanubari manusia yang menyaksikan proses kematiannya. Setidaknya ada dua agenda
penting yang mesti kita lakukan dalam strategi perjuangan ruhiyah yang sedang
kita jalani saat ini.
Pertama, bina’aur ruhiatul qawiyah (membangun
kekuatan ruhiyah) merupakan sebuah strategi yang tak dapat tidak mesti kita
lakukan kita buat program edukasi ruhiyah bagi masyarakat merupakan peran
sosial mahasiswa dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kita melihat sudah
banyak di antara para aktivis dakwah yang mulai berangsur-angsur meninggalkan
hal ini, kita berdoa kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk terus semangat
dalam berdakwah dan membangkitkan Islam.
Kedua, binaa’ul manna’atur ruhiyah (membangun
kekebalan ruhiyah) hal ini penting dilakukan. Karena hal yang paling esensial
setelah kita melakukan prosesi penguatan ruhiyah adalah menjaga agar tetap
terjaga dari degradasi ruhiyah yang akan berimplikasi pada lambatnya prosesi
kebangkitan Islam, kita bisa melihat realitas sirah ketika Shalahuddin al
Ayyubi menjaga kondisi ruhiyah para tentaranya dengan berjalan di setiap kemah
untuk memperhatikan qiyamul lail para jundinya, dan beliau mendapati salah satu
kamp seorang tentara tertidur lalu beliau membangunkannya dan seraya berkata
perbuatan kamu ini akan menjadi penghalang kemenangan kita.
Jadi
jangan menjadi kader yang kualitas rukhiyahnya keder ya. Karena kekuatan
Rukhiyah lebih besar daripada kekuatan fisik kita. Contohnya Syeikh Ahmad Yasin
yang sanggat luar biasa kekuatan Rukhiyahnya mampu menjadi orang yang sanggat
ditakuti oleh bangsa yahudi dan sekutunya. Walaupun jika diukur melalui
fisiknya , mungkin fisik kita lebih kuat daripada beliau karena beliau
kemana-mana memakai kursi roda. Namun semangatnya selalu membara, dari kursi
roda menguncang dunia berusaha membebaskan Palestina.
Ketiga yaitu ukhuwah yang kuat antar para kader dakwah.
Kita memang seperti lidi yang apabila sendiri maka akan gampang dipatahkan dan
apabila bersatu maka akan kuat dan sulit dipatahkan apalagi dihancurkan. Dengan
Ukhuwah yang kuat kader dakwah bisa saling mengingatkan, saling
tolong-menolong, saling bekerjasama dalam berdakwah. Firman Allah SWT yang
masyhur di kalangan kita menyatakan sebagai berikut: “Sesungguhnya
orang-orang beriman itu bersaudara. Oleh karena itu, damaikanlah (perbaiki
hubungan) antara kedua saudaramu itu. Dan patuhlah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10). Rasulullah SAW pun bersabda:“Seorang
muslim adalah bersaudara dengan sesama muslim. Tidak menganiayanya dan tidak
akan dibiarkan dianiaya orang lain. Barangsiapa mencukupi kebutuhan saudaranya,
maka Allah akan mencukupi kebutuhannya. Barangsiapa melapangkan kesusahan
seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari Kiamat. Dan
barangsiapa menutupi aurat seorang muslim, maka Allah akan menutupi auratnya di
hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar RA). Cerita
tentang ukhuwah yang kuat tergambarkan saat hijrah. Rasul mempersaudarakan
antara kaum Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khazraj. Saat itu Rasul
menggenggamkan tangan dua orang, seorang dari Muhajirin dan seorang lagi dari
Anshar. Rasul berkata pada mereka, "Bersaudaralah karena Allah
dua-dua." Maka Rasulullah mempersaudarakan antara Sa’ad bin Rabi’ dan
Abdurrahman bin Auf. Saat itu, Sa’ad langsung menawarkan setengah hartanya
kepada Abdurrahman, memberikan salah satu dari dua rumahnya. Bahkan ia siap
menceraikan salah satu istrinya supaya bisa dinikahi oleh Abdurrahman.
Pemuliaan keimanan kaum Anshar ini diterima kaum Muhajirin dengan keimanan
pula, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, "Biarkanlah harta, rumah, dan
istrimu bersamamu. Tunjukkanlah aku pasar." Maka Abdurrahman meminjam uang
dari Sa’ad, sehingga Allah membukakan pintu-pintu rizki baginya, sehingga
Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu sahabat Nabi yang sangat kaya.
Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh. Ia adalah
bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun. Ia lebih kuat dari
bangunan materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan
masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiah akat tetap kokoh. Rasulullah Saw.
bersabda "Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya
mengokohkan bagian lainnya." (HR. Imam Bukhari). Kader dakwah harus
menjadi bagian dari sebuah bangunan yang tersusun kokoh yang tidak mudah hancur
ketika badai menerjang, menjadi bagian dari barisan yang teratur, yang akan
menggentarkan setiap musuh yang melihat, membuat ciut nyali siapa saja yang
akan menghadang.
Jadi ada 3 hal yang
InsyaAlloh bisa mempertahankan semangat kita dimanapun dan kapanpun dalam
berdakwah khususnya. Pertama adalah meluruskan niat, kedua menigkatkan
rukhiyah, dan ketiga menguatkan ukhuwah. Semoga tulisan ini bisa menjadi
pengingat untuk diri sendiri khususnya dan bermanfaat juga untuk semua orang, Wallahu
A’lam Bish Shawab .