Menjadi Ikan Laut
Pesan ayah nemo kepada nemo :D |
Sebagai aktifis dakwah, memompa semangat adalah hal yang perlu dilakukan setiap saat. Saat kita berada di lingkungan kampus dan berkumpul bersama orang-orang yang dekat dengan nilai keislaman, rasanya semangat dakwah pun bermunculan setiap saat. Faktor lingkungan memang berperan penting dalam penentuan kapasitas diri seseorang.
Terkadang, kita merasa aman dengan lingkungan yang tengah kondusif. Akan tetapi, medan nyata kita bukanlah zona nyaman itu. Medan nyata kita adalah lingkungan di luar sana, masyarakat yang perlu dengan asupan cahaya, terutama keluarga kita sendiri.
Saat tiba liburan semester misalnya, kita terpisahkan dari zona nyaman kita. Mau tidak mau tantangan dan godaan datang silih berganti. Jika di dalam diri kita tidak disiapkan benteng yang kokoh untuk menangkal setiap godaan, bisa jadi diri kita terjerumus dalam lembah kegersangan kemudian futur menghiasi hari-hari.Itulah salah satu contoh dari penyakit yang biasanya rentan menghinggapi aktifis dakwah saat berada di luar zona keislaman kampus.
Tentunya kita tidak ingin penyakit tersebut hinggap ketika meninggalkan zona keislaman. Peningkatan amalan sunnah, konsisten dalam menjalankan target amalan yaumiyah, dan aktif menjaga ghirah (semangat) dengan mengajak anggota keluarga ke dalam kebaikan adalah beberapa hal yang bisa diplikasikan untuk menjaga semangat dakwah di luar kampus.
Seiring berjalannya waktu, bukan saatnya lagi kita surut semangat jika berada di tengah orang-orang yang tidak mempunyai kapasitas diri yang sama. Bukan saatnya pula kita merasa sendiri jika tidak bersama dengan aktifis-aktfis yang lain. Semua aktifis mengemban amanah yang sama, berjalan di atas panji Allah, menyeru kepada kebaikan dimanapun ia berada. Kita bukanlah orang munafik yang hatinya terpecah belah seperti dituliskan dalam QS Al-Hasyr ayat 14, “Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu katena mereka orang-orang yang tidak mengerti.”
Beradanya kita di tengah masyarakat adalah langkah nyata. Inilah medan yang sebenarnya kita hadapi. Semangat kita seharusnya lebih terpacu karena tantangan dakwah kian meluas. Kita selayaknya belajar dari ikan laut. Ia tetap tawar meski hidup dalam air asin. Selama ia masih hidup, ia tidak terkontaminasi dengan asinnya air laut. Begitupun hati dan semangat kita, selama hati dan semangat kita masih hidup dengan tetap menjalankan amalan yaumiyah dan pendekatan kepada illahi, insya Allah kita akan jauh dari futur dan jauh dari surutnya semangat dakwah.Semangat menjadi ikan laut, jangan biarkan ruh kita mati sedetik pun jika kita tidak ingin menjadi ikan asin. Semangat berjuang bersama meski berjauhan. Kita bersatu dan hati kita berpadu. Wallahu a’lam.
2 komentar :
ia, memang seorang aktivis dakwah sering kali terlena dengan zona nyaman itu. begitu keluar dari zona nyaman, akan kaget. bukannya mengajak yang lain. tapi justru dia yang mental sendiri dari dakwah. karena lemahnya benteng dalam diri. :)
Ayo berusaha memperbaiki diri agar siap dalam segala kondisi :)
Posting Komentar